"Yang diteliti oleh kita baru 3 tempat. Patahan Sumatera, kedua Lembang, ketiga Selat Sunda. Itu baru gempa besar, di atas 8 SR. Yang lain belum diteliti, jumlahnya ribuan," kata Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana, Andi Arief dalam diskusi di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Minggu (15/5/2011).
Untuk kawasan Selat Sunda, gempa diramal akan terasa hingga Jakarta. Magnitude-nya mencapai 8,7 SR dan membuat pemerintah setempat perlu mengantisipasi. Sebab, gempa ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan tidak bisa ditentukan
"Jakarta menyimpan potensi,berpusat di Selat Sunda. Dahulu ada pelepasan energi yang sangat besar disana, sehingga ada gempa besat 8,7 SR di Jakarta. Saat ini sedang kita buat modellingnya," tambah
Andi Arief.
Jakarta, termasuk salah satu dari 20 kota besar yang perlu mengantisipasi datangnya bencana besar. Kota yang lainnya, imbuh Andi, di antaranya Tokyo, Jepang dan Tripoli, Libya.
Sedangkan Bandung, adalah bekas danau di zaman purba yang pernah mengalami gempa besar.
"Menurut catatan purba, Bandung itu dulunya adalah danau. Di Bandung ada gempa besar, ada pada
masa purba lagi, terjadi sebelum itu. Yaitu ada bukti Kota Bandung dulu adalah danau, 16 ribu tahun lalu," ucap Andi.
Riset Minim
Sementara mengenai riset soal gempa di Indonesia, Andi mengatakan masih sangat minim dan terbilang jauh tertinggal dari negara maju.
"Merumuskan peta gempa dibutuhkan ahli. Kalau kita, ilmu tentang bencana tidak seseksi dulunya. Geologi dan geodesi lebih tertarik ke penambangan minyak dan batubara. Ketika ahli gempa dikumpulkan sekitar 7 hingga 8 orang saja. Kalau yang mengerti banyak. Tapi kalau yang ahli ya 5 sampai 6 saja," ucap Andi.
"Di Jepang, (studi gempa) sudah ada sejak 1925. Amerika sudah lama sekitar tahun 1930-40-an. Jerman juga 1940-an. Kita walaupun agak terlambat mencoba mengatasi, mengejar ketertinggalan yang ada," tandas mantan aktivis 1998 ini.
Comments
Post a Comment